Categories
Media Coverage

OtoSport – Sunny Tsuyoshi Suparto – Goyang Pantat Timor

OtoSport – 29 Desember 2001

Menaklukkan Timor tak semudah dibayangkan. Gejala understeer (mobil tidak mau belok) yang jadi cirri khas harus diganti jadi oversteer (ngepot). Supaya tak berlebihan, ada patokannya. Teknik ini saya praktekkan saat balapan pakai Timor. Karakter mobil bisa dimodifikasi agar memberi nilai plus terhadap performa si pembalap. Teorinya, bila kita mengalami understeer, otomatis pedal gas akan kita angkat untuk mengembalikan posisi mobil ke jalurnya. Tentu aka nada sedikit waktu terbuang. Tapi bila menganut settingan oversteer (bagian belakang mobil bergeser alias ngepot) dengan mobil berpenggerak roda depan, pedal gas akan kita tekan untuk mengoreksinya. Dengan begitu waktu tempuh tiap lap akan lebih cepat, mengingat pedal gas tertekan lebih lama. Untuk memindahkan understeer jadi oversteer, saya mengubah setelan suspensi. Pengalaman saya, sudut toe 0 derajat dan camber -2,3 derajat, mengubah karakter Timor menjadi sedikit oversteer. Selain memodifikasi karakter mobil, saya juga mencari limit kendaraan yang saya tunggangi. Maksudnya untuk mengetahui titik terdekat pengereman. Pasalnya, bila titik pengereman masih ‘gelap’ dijamin sulit menyetir maksimal.

Temukan Titik Pengereman

Makanya saat pertama turun balap Timor Touring Car di 1999, saya menggunakan tipe SOHC. Dengan bermodalkan tenaga mesin yang tidak terlalu besar, akan lebih mudah menemukan titik pengereman di tiap tikungan. Selain itu, waktu pengereman saya buat lebih lambat dibandingkan pembalap lainnya. Tapi lamanya pengereman tetap sama. Maksudnya, mengerem lebih lambat tapi mengangkat pedal rem juga lebih telat dibandingkan pembalap lain. Sehingga saat mobil sudah dalam posisi belok pedal rem masih saya injak (fast in fast out). Mau tahu caranya? Menjelang tikungan, pedal rem diinjak. Hampir bersamaan dengan itu, kaki kiri menekan pedal kopling untuk turun gigi. Sesaat sebelum pedal kopling diangkat kembali, posisi kaki kanan menerapkan teknik ‘heel and toe’ (kaki kanan diposisikan miring untuk menekan pedal gas sesaat tanpa melepas pedal rem). Dengan teknik ini perpindahan gigi lebih halus sehingga mesin awet. Pasalnya, mesin tidak akan menerima beban kejut yang berlebih akibat enginer brake. Bebarengan dengan menerapkan teknik heel and toe, posisi setir dibelokkan kea rah mulut tikungan. Tapi pada posisi berbelok pedal rem tetap ditekan sampai pantat mobil mulai bergeser. Baru setelah iti kaki kanan pindah lagi ke pedal gas, agar rpm tetap terjaga pada posisi torsi maksimum. Keluar tikungan pun bisa kencang karena tenaga ngga ngedrop. Tetapi ada yang patut diingat. Usahan rem jangan mengunci (blocking). Bisa-bisa tunggangan oversteer berlebihan dan mobil tak terkendali. Prinsipnya, pantat goyang dikit langsung gas pol.